Ada sebuah kepercayaan lama yang menyebutkan bahwa perubahan cuaca dapat memicu masalah bagi penderita sakit kepala. Hal ini telah didukung kebenarannya oleh sebuah penelitian terbaru yang tampak pada anak-anak dan remaja baik yang memiliki masalah migrain maupun jenis sakit kepala kronis akibat ketegangan.
Para partisipan diberikan sebuah alat yang tersambung komputer pada tangan mereka untuk merekam gejala sakit kepala mereka dengan menunjukkan "waktu yang akurat" selama dua minggu. Para peneliti kemudian membandingkan data yang ada dengan pola perubahan cuaca menggunakan perangkat lunak pelacak cuaca.
Pada hari hujan, anak-anak memiliki kemungkinan 59 persen dilaporkan menderita gejala sakit kepala dibandingkan hanya 21 persen ketika hari cerah. Selain itu, ketika kelembaban berada di atas normal gejala sakit kepala mencapai 58 persen dibandingkan 22 persen ketika kelembaban berada di tingkat rata-rata. Belum ditemukan penyebab pasti kenapa hal ini bisa terjadi sehingga penelitian ini akan terus dilanjutkan.
Petir
Jenis cahaya lain yang bisa memicu kepala terasa dipukul adalah petir dari sebuah hujan deras. Sekitar 28 persen pasien mengalami migrain lebih sering dan lebih menyakitkan ketika ada serangan petir di dekat rumah mereka. Walaupun masih belum jelas bagaimana tepatnya kilatan petir dapat menyebabkan sakit kepala, kemungkinan penyebabnya adalah perubahan di dalam udara yang dapat mengganggu gelombang elektrik otak. Hasil penelitian ini diterbitkan pada jurnal Cephalagia tahun 2012.
Profesor Vincent Martin yang memimpin penelitian mengatakan, gelombang elektromagnetik yang dipancarkan dari petir bisa memicu sakit kepala.
Selain itu, juga menghasilkan peningkatan polutan udara seperti ozon dan dapat menyebabkan pelepasan spora jamur yang mungkin menyebabkan migrain.
Penelitian AS mengamati sukarelawan yang secara teratur mengalami migrain. Ilmuwan merekam aktivitas sakit kepala setiap hari antara tiga hingga enam bulan. Lokasi saat petir terjadi dalam kaitannya dengan rumah dan besarnya arus tersebut juga direkam.
Sakit kepala dan migrain meningkat sekitar 30% pada hari petir menggelegar. Demikian hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal medis online Cephalalgia.
Profesor Martin dari University of Cincinnati mengatakan, "Kami menggunakan model matematika untuk menentukan apakah petir adalah penyebab peningkatan frekuensi atau apakah itu bisa disebabkan oleh faktor cuaca lainnya, seperti badai. Hasil penelitian kami menemukan 19% peningkatan risiko pada hari petir terjadi, bahkan setelah memperhitungkan faktor-faktor cuaca.
Geoffrey, seorang mahasiswa kedokteran tahun keempat yang juga bekerja pada penelitian mengatakan, "Banyak studi menunjukkan temuan yang bertentangan tentang bagaimana cuaca, termasuk unsur-unsur seperti tekanan udara dan kelembaban, mempengaruhi timbulnya sakit kepala. Namun, penelitian sangat jelas menunjukkan hubungan antara petir, meteorologi faktor terkait dan sakit kepala."
Profesor Martin mengatakan, arus petir bermuatan negatif juga sangat terkait dengan kesempatan yang lebih tinggi dari kepala.
Referensi medicalera.com
duniafitnes.com
No comments:
Post a Comment