Friday, January 13, 2012

Gedong Tinggi Situs Sejarah yang Terlupakan.

Sungai Ciliwung Condet
Condet? siapa yang tak kenal daerah ini?. Wilayah ini memang sangat dikenal oleh masyarakat Jakarta Timur, khususnya yang bertempat tinggal di daerah Cililitan, Kramat Jati, Kalibata, dan Pasar Minggu.

Pada masa kepemimpinan Gubernur Ali Sadikin, Condet dulu pernah dijadikan sebagai cagar budaya Betawi. Dulu Condet terkenal akan buah duku dan salaknya. Condet sendiri terbagi kedalam 3 Kelurahan, Kelurahan Balekambang, Kelurahan Batu Ampar, Kelurahan Kampung Gedung.

Kramat Jati Tempo Dulu
Apabila kita sampai di ujung Jalan Raya Condet arah Kampung Rambutan tepatnya Jl Tanjung Timur, di situ akan terdapat sebuah gedung atau bangunan tua yang sudah hampir hancur. Mungkin banyak anak muda dan pelajar sekarang yang tidak sadar atau bahkan tidak tahu akan sejarah gedung ini. Akses menuju kesini sangat mudah, ada Metromini  53 arah Kampung Melayu-Kampung Rambutan.

Gedong Tinggi
Gedung Groneveld, ya,, itu nama gedung ini. Gedung ini dahulunya rumah tuan tanah terbesar yang pernah dibangun di Batavia pada tahun 1756. Memang letaknya sangat jauh dari pusat kota. Menurut Bang Udin penduduk sekitar yang pernah saya wawancarai, gedung ini dahulunya merupakan bangunan yang sangat megah. Perjalanan ditempuh sekitar 5 Jam dari pasar ikan yang merupakan pusat Kota Jakarta jaman dulu.

Gedung ini merupakan tempat peristirahatan dan perkebunan yang dibangun oleh tuan tanah Vincent Riemsdijk. Setelah beliau wafat, perkebunan dan gedung ini diwariskan kepada sang anak Daniel Van Riemsdijk. Dibawah kepemimpinan sang anak lah perkebunan ini sangat maju.

Gedong Tinggi saat ini
Pada tahun 1749 gedung ini juga pernah dijadikan tempat pertemuan antara Ratu Syarifah Fatimah, Wali Sultan Banten dengan Gubernur Jenderal Von Imhoff. Gedung ini juga sudah beberapa kali berganti nama. Menurut sumber, gedung ini sempat berganti nama menjadi Vila Nova, dan akhirnya gedung ini terbakar pada tahun 1985.

Melihat kondisi gedung saat ini memang sangat tak terawat bahakan hampir hancur. Bekas kebakaran pun masih terlihat sampai saat ini, hampir semua diniding gedung ini ditumbuhi lumut, dan sekeliling bangunannya sendiri, ditumbuhi rumput liar serta pohon pisang. Seharusnya Pemda dan Dinas Pariwisata dan Budaya bisa merenovasi sekaligus mempromosikan gedung ini menjadi gedung bersejarah, atau situs wisata budaya seperti gedung-gedung yang berada di Kota Tua. Karena bangunan ini merupakan salah satu saksi bersejarah dari berkembangnya Kota Jakarta. ( Eko "teckoajaib" )

2 comments:

  1. sayang ya sob, padahal kalau gedung2 ini dirawat, pastilah akan mendatangkan seribu kenangan dan seribu turis, keren kang ;)

    ReplyDelete
  2. Inilah salah satu kelemahan kita di Indonesia: kurang menghargai sejarah. Makanya karena malas belajar dari sejarah, masalah bangsa ini muter-muter aja gak karuan. Semuanya seharusnya dimulai dari hal2 simpel misalnya merawat bangunan2 bersejarah.

    Salam kenal dari Berita Unik

    ReplyDelete

blognetwork